Januari 22, 2009

Perjodohan yang Kuanggap Gila......

Langsung saja saya bercerita tentang tema yang saya angkat,yaitu Perjodohan yang Kuanggap Gila. Sebenarnya saya masih bingung, mengapa di zaman modern sekarang ini masih saja ada yang namanya perjodohan???Apa ortu zaman sekarang masih kurang percaya pada pilihan anaknya sendiri???Apa mereka tidak berpikir tentang kebahagiaan anaknya???Bukan maksud ingin menyudutkan mereka (para ortu).

Saya mempunyai teman,dia sedang berkuliah sekarang. Sebut saja namanya Ana(nama samaran),dia adalah anak terakhir dari 4 bersaudara. Dia anak yang baik, sopan, ramah, bertanggung jawab, dewasa, dia juga punya keinginan untuk membuat orang di sekitarnya selalu tersenyum dan bahagia,sama seperti saya.

Cerita awalnya dimulai dari kisah seorang anak perempuan yang bernama Sari(nama samaran) yang mempunyai pacar seorang abdi negara alias angkatan. Anak itu sudah berpacaran lumayan lama entah berapa bulan atau berapa tahun saya tidak tahu. Suatu hari, orang tua anak ini tiba-tiba sudah ada rencana untuk menjodohkan Sari dengan laki-laki pilihan mereka. Sari merasa kaget, aneh, sedih, campur aduk rasanya. Coba anda bayangkan, seorang perempuan yang sudah punya harapan suatu saat akan menikah dengan pria idaman pilihannya, kini jadi hancur berantakan. Akhirnya sari memilih untuk ikuti kata orang tua agar tidak dianggap anak yang durhaka. Sari pun menikah dengan pria hasil perjodohan itu. Entah apa yang dirasakannya saat melakukan malam pertama dengan orang yang tidak ia cintai ataupun ia kenal sebelumnya. Tetapi saya tidak tahu kelanjutannya sampai detik ini,apakah pernikahan yang mereka jalani itu penuh dengan cinta, damai, kebahagiaan atau tidak.

Hingga akhirnya Sari mempunyai 4 orang anak hasil perkawinannya dengan pria itu. Anak pertama seorang cewek,sebut saja Ani,lalu anak kedua bernama Anto, anak ketiga bernama Ane dan yang keempat adalah teman saya bernama Ana. Saat Ani sudah berumur kira-kira 19 tahun, Sari (si ibu) bertemu dengan mantan kekasihnya yang diputus 20 tahun yang lalu di sebuah tempat yang saya tidak tahu, mungkin di restaurant. Mereka saling bercerita satu sama lain, tanya kabar, keluarga dan ujung-ujungnya masalah anak. Sari bercerita dia mempunyai 3 anak perempuan, “Yang paling besar namanya Ani”, kata Sari. Lalu sang mantan kekasih sebut saja Jono. Jono berkata,”Saya juga punya anak laki-laki namanya Joni. Dia sekarang lagi menempuh pendidikan di angkatan. Mungkin kita bisa menjodohkan anakmu dengan anak saya??Bagaimana menurutmu Sar??”. Sari bingung harus berkata apa. Etelah selang 15 menit, Sari mengiyakan permintaan Jono. Sesampainya di rumah, Sari menceritakan hal itu kepada suaminya terlebih dahulu. Si suami juga ternyata mengiyakan. Makin parah,kalau saya boleh bilang. Karena saya pikir pikiran seorang ayah harusnya lebih dewasa dari ibu. Ternyata benar, pagi-pagi saat sarapan pagi, ayah dan ibu ini menyampaikan hasil diskusi semalam ke anak-anaknya,terutama pada Ani,anak pertamanya yang sedang beranjak dewasa. Ani seketika langsung syok dan menangis. Ani tidak tahu harus berbuat apa. Padahal Ani sekarang juga sudah mempunyai pacar dan ia sangat cinta pada sang pacar. Ani tidak tahu harus bagaimana mengatakannya pada sang pacar. Mengapa persetujuan sepihak ini dilakukan???Mengapa mereka tidak berpikir tentang perasaan Ani dan pacarnya???Ini masalah hati dan cinta, jadi menurut saya sangat sangat sangat tidak etis kalau diusik atau dibuat seperti ini. Bagaimana sepasang suami-istri bisa bahagia kalau tidak didasari oleh rasa cinta???Akhirnya Ani memutuskan untuk tidak mengidahkan perjodohan ini. Entah apa yang dipikirkannya, mungkin tidak ada jalan lain selain jalan gila ini. Jalan yang dia pilih adalah MBA (Married By Accident). Jadi Ani putuskan untuk berhubungan seks dengan pacarnya, dan akhirnya dia hamil. Setelah Ani hamil, dia dan sang pacar memberanikan diri untuk meminta kedua orang tua Ani untuk merestui pernikahan yang akan mereka lakukan. Kedua orang tua Ani tidak akan pernah merestui Ani menikah dengan pria pilihannya. Hingga akhirnya Ani memutuskan untuk hidup mandiri bersama suami pilihannya dan keluar dari lingkup keluarga besarnya. Apakah ini satu-satunya jalan yang paling baik untuk Ani dan keluarga kecilnya???Tapi mau bagaimana lagi,keputusan sudah diambil dan inilah resiko yang harus ditanggung Ani dan kedua orang tuanya. Orang tua apa yang tega melihat anaknya seperti ini???Perjodohan ini masih berlanjut, sekarang giliran anak ketiganya yang bernama Ane. Dia telah beranjak dewasa dan usianya sudah dianggap matang untuk melakukan sebuah pernikahan dengan si Joni yang usianya saat itu sudah 25 tahun ,tetapi kisah Ani lagi-lagi terulang pada Ane. Ane juga sudah mempunyai pria pilihannya sendiri, dan dia mencoba untuk mencontoh kisah kakaknya,Ani, untuk lepas dari jerat perjodohan ini. Ternyata benar,lagi-lagi Ane memutuskan untuk MBA. Kisah Ane sma seperti Ani,tetapi bedanya Ane berani malu di hadapan keluarga besarnya,dia masih ingin masuk dalam keluarga besarnya. Mungkin perasaan Ane bisa dibilang harus tahan banting, tahan panas, tahan dingin dan tahan segalanya terhadap perlakuan keluarga besarnya. Apakah anda berpikir kisah gila ini berhenti pada Ane saja???Anda salah besar,kegilaan ini terus berlanjut sampai pada Ana sekarang,anak terakhir dari 4 bersaudara. Jika anda sekarang mulai merasa apa yang saya rasakan itu sangatlah wajar. Saya merasa ini adalah pemaksaan kehendak, dan ini adalah pelanggaran HAM sesungguhnya. Ana yang masih ingin melanjutkan kuliah dan jika sudah lulus nanti ingin meraih cita-citanya setinggi mungkin. Tapi apa yang terjadi pada Ana???Dia harus menerima tekanan demi tekanan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya untuk mau memenuhi perjodohan ini. Padahal jika anda ingin tahu,ternyata si Joni sudah memiliki istri dan seorang anak yang masih balita. Coba anda semua bayangkan bagaimana mungkin Ana mau menerima pinangan laki-laki yang suda berkeluarga???Kegilaan ini apakah bisa diakhiri???Dengan apa???Bagaimana caranya???

Ana sudah tidak sanggup menjalani tekanan ini. Dia rela dikurung satu bulan dalam kamar tanpa apa-apa dan harus menerima siksaan demi siksaan utuk mengatakan “YA, saya mau” pad perjodohan gila ini. Ana pernah mempunyai seorang pacar, dan pacarnya itu diancam akan dibunuh oleh Joni jika Ana tidak mau memutuskan dia dan menjauhinya. Sebegitu teganya kah seorang Joni dan kedua orang tua Ana???Ternyata memang begitu adanya. Saat ini saya membutuhkan bantuan saran atau solusi terbaik anda semua yang membaca tulisan ini untuk teman saya Ana. Tolong saya dalam memecahkan masalah rumit ini. Apa yang harus kami perbuat untuk membuat Ana yang malang ini bisa bahagia, tersenyum, tertawa lepas seperti anak-anak dalam keluarga yang bahagia yang lain????Sekian curahan hati dari seorang teman yang rindu melihat teman baiknya tersenyum bahagia kembali.

Untuk anggota H2C,tolong bantu saya juga dalam menemukan solusi terbaik untuk Ana, mungkin kalian semua tidak pernah mengenal dia, tetapi dalam hati kecil kalian pasti masih ada rasa seperti apa yang saya rasakan saat ini. Please tolong saya.

God Always Bless Us Forever.


Posting by member dari H2C, Sandy a.k.a ndarjo.